Antara Ajax Amsterdam, Barcelona, Persipura dan Timnas*

*Artikel ini dimuat di Rubrik Oposan, Tabloid Bola edisi 22-23 September 2011

Masih ingatkah anda dengan generasi emas AFC Ajax atau Ajax Amsterdam yang menguasai negeri kincir angin dan mendominasi Liga Champion Eropa di pertengahan dekade 1990an? Saking hebatnya squad Ajax saat itu, lebih dari setengah lusin pemain mereka masuk kedalam starting eleven Timnas Belanda.

Nama nama seperti Edwin Van der Sar, Michael Reiziger, Patrick Kluivert, De Boer Bersaudara, Danny Blind sampai Marc Overmars adalah wajah-wajah der Amsterdammers yang secara reguler mengisi skuad Orange.

Fenomena Ajax tahun 90’an terulang belasan tahun kemudian di tanah Andalusia lewat sebuah tim super yang sebut-sebut  sebagai tim terbaik sepanjang masa, Barcelona. Tercatat sekitar delapan orang jebolan Akademi La Masia yang menghuni squad El Matador saat menjuarai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Dalam level lokal, fenomena Golden Generation sebenarnya juga ditemui dalam tim  Persipura Jayapura. Lolos ke Perempat Final AFC Cup 2011, 2 kali juara Indonesian Super League dalam 3 tahun terakhir adalah bukti shahih kegemilangan prestasi tim ini. Tetapi sangat disayangkan, banyaknya talenta talenta dari bumi Papua seperti Ricardo Salampessy, Ian Kabes, Titus Bonai, Gerard Pangkali, Stevie Bonsapia, dan Imanuel Wanggai yang seperti underrated atau dipinggirkan. Hanya satu nama yang tampil dalam laga Pra Piala Dunia saat timnas Indonesia kalah 0-2 melawan Bahrain di Gelora Bung Karno pada hari selasa kemarin(6/9), yakni Boaz Solossa.

Kekalahan ini sangat menyedihkan, karena menurut saya, Jika PSSI lebih professional dalam menentukan personil-personil yang menangani Timnas, tentu hal ini dapat dihindari. Setelah blunder dalam memecat Alfred Riedle dan Wolfgang Pikal, sebenarnya PSSI membuat keputusan tepat dengan menunjuk Rahmad Darmawan menjadi asissten Pelatih. RD adalah pelatih berpengalaman yang juga pernah membawa persipura Juara Liga Indonesia di Tahun 2005. Ditambah dia juga sangat mengenal seluk beluk pemain yang berlaga di ISL. Talenta-talenta mutiara hitam pasti tidak akan luput dari pantauan RD.

Tapi lagi-lagi PSSI membuat blunder dengan “membuang” RD dan menggantinya dengan Listiadi, yang menjadi Asisten Wim saat menukangi PSM di Liga Primer Indonesia. Bagi Saya, sepakbola adalah seni. Hasil akhir pertandingan sebenarnya bukanlah segalanya  Ada yang lebih penting, yaitu bermain dengan filosofi yang tepat, bermain dengan disiplin, tergorganisir dan terskema dengan baik. Sayang sekali, Duet Wim-Listiadi tidak memberikan kedua hal tersbut bagi pecinta sepakbola Tanah Air. Selain hasil pertandingan yang buruk, Timnas seperti bermain tanpa pola, tanpa tiki-taka, tidak ada chemistry antar pemain dan pola serangan hanya bergantung pada skill individu Christian Gonzales atau kecepatan lari Boaz.

Selain faktor teknis, manajemen pengelolalaan tim juga menjadi faktor yang esensial dalam kesuksesan sebuah tim. Penguasaan terhadap regulasi-regulasi pertandingan, sampai hal-hal yang terlihat remeh seperti  pengorganisasian perjalanan seperti pengurusan tiket, Visa, dan akomodasi adalah mutlak dimiliki oleh seorang Manajer tim sepakbola. Sayangnya hal itu tidak terlihat di Timnas. Lihat saja keterlambatan pemain-pemain timnas tiba di tanah air setelah berlaga di Iran. Hari Jumat (2/9) yang lalu, pemain-pemain Bahrain sudah mencoba lapangan di GBK, sedangkan timnas masih terkatung-katung di Teheran. Padahal Indonesia menyelesaikan pertandingan lebih awal saat melawan Iran, sedangkan kick-off Bahrain-Qatar baru dimulai sekitar satu jam setelah laga tersebut.

Hal ini disebabkan karena PSSI menunjuk orang-orang yang kurang berpengalaman atau competent dalam menangani manajerial Timnas, yaitu menunjuk General Manager, Manager Timnas Pra-Piala sampai Manager Timnas Sea Games yang berasal dari lingkungan LPI, kompetisi yang dianggap ilegal oleh FIFA.

Saya tidak tahu alasan Djohar dan Farid Rahman yang secara sporadis menempatkan pos-pos penting timnas kepada orang-orang yang berasal dari lingkaran LPI tersebut, yang jelas menurut saya masih banyak orang-orang yang lebih capable yang dapat menduduki posisi tersebut. Sebut Saja nama tokoh berpengalaman seperti IGK Manila yang berhasil membawa Indonesia menjuarai Sea Games 1991, atau tokoh muda seperti Imron Abdul Fattah, Manajer Perseba Super Bangkalan yang berhasil menyulap tim ‘antah berantah’ menjadi tim yang menggebrak Sepakbola amatir nasional dan meyumbangkan banyak pemain muda ke Timnas U-19 dan tim SAD Uruguay.

Akhir kata, sebagai pecinta sepakbola Nasional, saya hanya berharap duet Djohar-Farid Rahman agar melihat kepentingan yang lebih luas, dan “benar-benar” menjadi ketua PSSI,  tidak menjadi ketua bagi orang-orang di Lingkaran LPI.

About abdilsani
A freelance football writer and an environmental engineer

4 Responses to Antara Ajax Amsterdam, Barcelona, Persipura dan Timnas*

  1. firman says:

    Pemain asal Papua masih belum ‘nyambung’ ama timnas. Kenapa pas jaman Riedl pemain timnas juga sedikit yang dari Papua karena cenderung indisipliner dan suka mabuk-mabukan. Diulangi 2 kali oleh Tibo dkk sudah cukup bagi Riedl utk mencoret mereka.

  2. abdilsani says:

    Pemain2 Papua cenderung kurang “jago” kalau main sendirian dan ga ada temennya dalam satu tim. menurutku paling ngga mestinya ada 3-4 pemain Papua di Timnas, mengingat bakat mereka yg sangat bagus. Masalah indisipliner dan suka minum2an, itu kyny udah seperti jadi kebiasaan mereka. kata bekas pelatih2 Sepakbola yang pernah melatih Papua, mereka larinya jadi tambah gesit dan bersemangat setelah minum.

    jadi menurutku sih, penting untuk memahami budaya orang Papua, tidak terlalu keras, tapi mengajak mereka bicara hati ke hati. melarang mereka untuk minum2an kyny ga mungkin, sebaiknya dibatasi saja dan diatur waktu dimana mereka boleh untuk minum2an, dibatasi porsinya dan kapan tidak boleh minum2an.

  3. Firman says:

    Boaz ama Ricardo ‘minta ijin’ lagi tuh, capek katanya. Hayyaaah…

  4. abdilsani says:

    nah itu dia men..karena cuma berdua, jadi males2an krn ngerasa temennya kurang..coba agak banyakan yg dipanggil, pasti kerasan ikut Pelatnas..
    pemain2 Persipura yg di Timnas U-23 kan udah dateng semua..

Leave a comment